Oleh: Istriani, S.Pd.Si.
Belajar menggunakan beragam metode akan memberikan banyak pengalaman bagi
peserta didik. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak hal baru yang dipelajari,
dipahami, dan dimaknai.
Metode ceramah hampir mendominasi sebagian besar guru dalam memfasilitasi pembelajaran
di kelas karena secara praktik lebih mudah dilakukan, lebih sederhana, dan
memakan waktu relatif singkat untuk menyampaikan materi yang banyak. Akan
tetapi, tidak serta merta ceramah menjadi metode yang efektif
digunakan pada seluruh materi pelajaran, terlebih jika tidak dikombinasikan
dengan metode lain, tentu akan menimbulkan suasana jenuh dan statis.
Tidak ada salahnya mencoba metode mind mapping atau peta konsep untuk
memberikan nuansa dinamis pada proses pembelajaran. Menurut Bobby De Porter dan
Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning menjelaskan bahwa mind mapping merupakan teknik mencatat yang dapat memetakan pikiran kreatif dan efektif
serta memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak kanan maupun otak kiri pada
diri seseorang.
Berdasarkan observasi sederhana terhadap peserta didik kelas X SMK YPKK Tepus, saat guru menerangkan materi Fisika dan IPA, terdapat sebagian peserta didik tidak memperhatikan dan tidak fokus. Ada yang tidur-tiduran, ngobrol dengan teman, bermain HP, bernyanyi-nyanyi sendiri, dan semisalnya sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif. Hal ini terjadi karena metode mengajar yang digunakan guru tidak melibatkan sisi kreatif atau belahan otak kanan peserta didik sehingga materi fisika menjadi kurang menarik. Akibatnya peserta didik tidak tertantang dan kehilangan makna belajar sehingga tidak memahami materi. Hal ini tentu berpengaruh pada hasil belajar mereka.
Penerapan mind mapping dalam pembelajaran Fisika dan IPA kelas X SMK
YPKK Tepus memberikan dampak positif dibandingkan dengan metode ceramah dan
diskusi saja. Hasil pengamatan menunjukkan terjadinya peningkatan antusiasme
belajar peserta didik, kemauan literasi bertambah, lebih mudah memahami poin penting
materi, ruang diskusi menjadi lebih hidup, dan tingkat kepercayaan diri untuk
mempresentasikan hasil kerja terlihat lebih baik.
Mind mapping dapat dituangkan dalam bentuk manual berupa tulisan tangan, dapat juga
dibuat secara digital menggunakan aplikasi offline maupun online.
Pada pembelajaran IPA kelas X Tata Busana, diterapkan penggunaan mind
mapping manual. Hasilnya cukup memuaskan, tampak karya peserta didik yang sangat
menarik dan kreatif. Sementara itu, di kelas X TBSM diterapkan penggunaan mind
mapping secara digital menggunakan aplikasi Canva. Hasilnya pun cukup membahagiakan.
Dari hasil mind mapping tersebut, peserta didik dapat mengetahui konsep penting
yang dipelajari, rincian-rincian materi yang perlu dipahami, dan mempresentasikan
pemahaman mereka kepada orang lain. Ringkas namun menyeluruh, begitu ciri khas
mind mapping.
“Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya”
Mind mapping dapat menjadi alternatif metode menulis dan mengikat ilmu yang efektif dan
menyenangkan.
Posting Komentar